Sabtu, 28 Februari 2009

MENTERI PENDIDIKAN


Tuntutan era globalisasi yang menjadikan informasi sebagai sumberdaya percepatan perilaku ekonomi, politik, sosial, dan budaya, menyebabkan arus dan daya serap informasi dilakukan melalui media elektronik yang serba cepat pula.

Konteks globalisasi ini juga tidak terhindarkan dalam kebijakan yang terkait dengan tata kelola (governance) kelembagaan. Informasi-informasi yang terkait dengan kebijakan-kebijakan pembangunan pendidikan harus secara serta merta menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan perubahan masyarakat lokal dalam prospektif global yang serba cepat pula. Kaidah think globally, act locally adalah salah satu cerminan tentang bagaimana informasi di kawasan dunia dan antar negara memiliki peluang yang sangat cepat untuk merubah perilaku budaya lokal setempat melalui penetrasi informasi.

Karena obyek pembangunan pendidikan adalah masyarakat sebagai entitas suatu bangsa, maka informasi yang disampaikan juga harus merupakan media komunikasi yang mengandung makna pendidikan dan pembelajaran, sehingga perubahan perilaku yang diakibatkannya merupakan perubahan perilaku kolektif dari suatu bangsa dalam proses membangun.

Untuk menjawab tantangan inilah laman www.depdiknas.go.id dijadikan salah satu sumber informasi pendidikan dan pembelajaran yang mampu memberikan kontribusi positif dalam merubah perilaku membangun bangsa agar memiliki perilaku membangun yang sarat dengan pengetahuan (knowledge based society).

Semoga.

Menteri Pendidikan Nasional

Bambang Sudibyo


Sekolah Global Jaya is a national school with international standards, implementing an international curriculum. The school is located in Bintaro, Tangerang, Indonesia (on the outskirts of Jakarta) and was established in 1995. The vision of the school is to provide a quality educational opportunity for Indonesian and expatriate students, in order for them to become active leaders in their local communities and effective global citizens. Sekolah Global Jaya teaching staff are all qualified and well-trained to deliver an international curriculum using the framework of the International Baccalaureate Organisation (IBO) programmes. The national curriculum is blended into this framework to ensure that all students develop an understanding of local cultures and take pride in Indonesian heritage.

One of the main objectives of the school is to prepare students for tertiary studies both internationally and nationally. A high priority is given to problem solving and creative learning skills. Students are the centre of the learning. Sekolah Global Jaya is a bilingual school, using both English and Bahasa Indonesia.


Berkarya buat bangsa? Heem, boro-boro berkarya....belajar aja males cooy! Nah...yang kayak gini nih, musti contoh om Sam yang gigih berjuang mempopulerkan nama Indonesia. Perjuangannya nggak sampe sebatas menuntut ilmu doank! Tapi, ia berani bertindak vokal mengusir penjajah sampai diasingkan. Pengen belajar sesuatu lagi dari HERO kita kali ini? Yuk...cap cusss!

Mempopulerkan Indonesia!

Guys, pada tau nggak...siapa yang mempopulerkan kata "Indonesia"? Yup, sosok HERO kita inilah, yang mempopulerkan pertama kali kata "Indonesia". Ia orang pertama yang menggunakan Indonesia sebagai nama perusahaannya, "Indonesia Assuransie Maatsxhappij" di Bandung tahun 1922. Bersama Douwes Dekker, ia mempopulerkan kata "Indonesia" dalam rapat akbar forum perjuangan kemerdekaan di tahun 1922. That's why, kata ini diresmikan oleh Soekarno-Hatta menjadi nama negara kita.

Ia juga menganalisa setiap peristiwa dari Samudera Atlantik sampai Samudera Pasifik. Semua ia tulis dalam buku "Indonesia in den Pasifik". Pemikiran yang justru baru menjadi trend di negara lain di tahun 50-an, padahal tuh buku udah ditulis tahun 30-an.

Majalah yang ia dirikan "Nationale Commentaren" menjadi bacaan wajib dan utama. Terbit perdana 8 Desember 1937, nih majalah tajam dan bernas. Bahkan, majalah inilah yang pertama memperingatkan dunia internasional akan ancaman PD II yang memang akhirnya jadi kenyataan.

But above all, warisan luhurnya adalah falsafah hidup"Sitou timou tumou tou" yang artinya, manusia dilahirkan untuk memanusiakan yang lainnya. Falsafah inilah yang melahirkan gerakan kebangsaan di Indonesia Timur. Bahkan, falsafah ini masih dipelihara sampai sekarang oleh orang-orang di Sulawesi sana.

Meninggal Dalam Pengasingan

Pernah denger pernyataan kayak gini, "kenapa yah...orang baek tuh matinya koq cepet?" hehehehe....Sayang disayang neh, HERO kita kali ini harus diasingkan oleh Belanda. Karna begitu vokalnya ia memprotes Belanda, Sam dibuang ke Irian Jaya. Pada tanggal 30 Juni 1949, Sam akhirnya meninggal di Jakarta sebagai tawanan. Jenazahnya dimakamkan di Tondano. HERO kita kali ini, boleh dibilang, mati berkalang tanah. Tapi keteladanannya, tak boleh kita biarkan aus gitu aja dimakan masa.

Guys...ini semua bisa kita jadiin contoh loh. Kalo jaman dulu penjajahan, semua masih serba minim, gak ada fasilitas yang canggih kaya' sekarang. Sam Ratulangi bisa mengukir prestasi. Nah....kita-kita harusnya lebih dong, tul nggak? So, kalo kamu baru kuliah aja udah ngerasa mumet, ngerjain tugas 'ma laporan kuliah kepala langsung nyut-nyutan 'en mau nyerah....ato kuliah nggak kelar-kelar karena skripsi terlalu sulit 'en nggak punya biaya. Coba tiru deh, semangat HERO kita ni. Kalo dia aja bisa, kenapa kita nggak? Bahkan nih...pengetahuannya, nggak dijadikan sebagai alat kebanggaan dan keuntungan diri, tapi dipkai untuk membangun bangsa. Gimana dengan kita, sang penerus Sam Ratulangi? [*/epha]

Kamis, 12 Februari 2009

Pendidikan Indonesia Terbaik Di Dunia ?

Pendidikan Indonesia Terbaik di Dunia?

May 23rd, 2007 | Education

Pendidikan terbaik di dunia? Bukan Harvard, bukan Amerika, juga bukan Inggris, apalagi Indonesia — melainkan Finlandia, negeri yang paling tidak korup di muka bumi ini. Hebatnya, Finlandia tak cuma jagoan mendidik anak-anak “normal,” tapi juga unggul dalam pendidikan bagi anak-anak yang lemah mental. Pendek kata, Finlandia berhasil membuat seluruh anak didiknya cerdas — tak peduli yang normal atau yang lemah mental.

Finlandia mengalahkan 40 negara lain di dunia berdasar survei PISA yang dilakukan oleh OECD tahun 2003. Tes komprehensif dilakukan melalui pengukuran kemampuan mathematics, reading, science, dan problem solving yang nantinya ditujukan untuk peningkatan kualitas sistem pendidikan. Tes ini dilakukan per tiga tahun — tes terakhir dilakukan pada tahun 2006 dan hasilnya baru akan keluar akhir 2007. Mau tahu di mana posisi Indonesia?

Pentingnya Pendidikan

Pendidikan merupakan hal penting bagi agenda pembangunan Pemerintah Indonesia. Belanja pendidikan telah meningkat secara signifikan di tahun-tahun terakhir setelah terjadinya krisis ekonomi. Secara nyata, belanja pendidikan meningkat dua kali lipat dari tahun 2000 sampai 2006. Di tahun 2007, belanja untuk pendidikan lebih besar daripada sektor lain, nilainya mencapai US$14 miliar, atau lebih dari 16 persen dari total pengeluaran pemerintah. Sebagai bagian dari PDB (3,4 persen), jumlah ini setara dengan jumlah di negara lain yang sebanding.

Undang-Undang mengenai Pendidikan Nasional (No. 20/2003) dan Amandemen Konstitusi III menekankan bahwa semua warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan; bahwa Pemerintah wajib untuk mendanai pendidikan dasar tanpa biaya; dan bahwa Pemerintah menerima mandat untuk mengalokasikan 20% dari pengeluarannya untuk pendidikan. Undang-Undang Guru (No. 14/2005) menyebutkan perubahan-perubahan penting atas syarat dan ketentuan pemberian kerja untuk sertifikasi guru, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Rencana strategis Departemen Pendidikan untuk tahun 2005-2009 memiliki tiga pilar utama:

Sistem Sekolah Indonesia

Sistem sekolah Indonesia sangat luas dan bervariasi. Dengan lebih dari 50 juta siswa dan 2,6 juta guru di lebih dari 250.000 sekolah, sistem ini merupakan sistem pendidikan terbesar ketiga di wilayah Asia dan bahkan terbesar keempat di dunia (berada di belakang China, India dan Amerika Serikat). Dua menteri bertanggung jawab untuk mengelola sistem pendidikan, dengan 84 persen sekolah berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan sisa 16 persen berada di bawah Departemen Agama (Depag). Sekolah swasta pun memainkan peran penting. Walaupun hanya 7 persen sekolah dasar merupakan sekolah swasta, porsi ini meningkat menjadi 56 persen di tingkat menengah pertama dan 67 persen di tingkat menengah umum.

Tingkat pendaftaran murni sekolah dasar berada di bawah 60% di kabupaten-kabupaten tertinggal dibandingkan dengan di kabupaten maju yang memiliki pendaftaran umum. Tingkat pendaftaran murni untuk pendidikan menengah mengalami peningkatan kuat (saat ini 66% untuk Sekolah Menengah Pertama dan 45% untuk Sekolah Menengah Umum) tapi tetap lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di wilayah ini. Indonesia juga tertinggal dengan para tetangganya dalam Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Tinggi, dengan tingkat pendaftaran kotor sebesar 21% dan 11,5% secara berurutan.

Proyek ECED

Proyek ECED bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional untuk memastikan semakin banyak anak-anak dari keluarga miskin mendapatkan akses terhadap pendidikan dan untuk memberi mereka awal yang baik serta mempersiapkan mereka untuk memasuki sekolah dasar. Proyek ini berjalan di tingkat kebijakan untuk membangun dasar dari sistem pengelolaan pendidikan dan pengembangan anak usia dini, serta mendukung status kesehatan dan nutrisi mereka. Proyek ini akan mendirikan badan jaminan kualitas di tingkat nasional, dan akan membantu mendirikan sistem pengembangan profesional untuk staf yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan penyampaian layanan ECED. Proyek ini juga berjalan di tingkat kabupaten untuk memastikan bahwa staf memiliki keterampilan yang mereka butuhkan, serta memastikan bahwa kabupaten mulai menggunakan dana mereka sendiri untuk ECED.

Proyek ini ingin menunjukkan bahwa sistem ini akan sejalan dengan dukungan prakarsa di masyarakat miskin yang menjadi target untuk membantu mereka menyediakan sarana prasekolah yang lebih baik. 738.000 anak dan orang tua mereka di 6.000 masyarakat miskin di 3.000 desa di 50 kabupaten miskin dapat berharap mendapatkan manfaat langsung dari proyek ini, dan perhatian khusus akan diberikan kepada anak-anak berusia 2-4 tahun. Setelah jelas bahwa pendekatan ini berjalan, Pemerintah akan mulai memperluas program ke lebih banyak anak-anak miskin di seluruh negeri.

Proyek Kinerja Pendidikan

Proyek BERMUTU berupaya meningkatkan kualitas dan kinerja pengajaran. BERMUTU, yang merupakan singkatan dari ‘Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading’, merujuk pada “kualitas” dalam Bahasa Indonesia. Proyek ini mempersiapkan kerangka kerja untuk memastikan bahwa setiap guru akan mendapatkan peluang untuk meningkatkan pengetahuan mereka dalam mata pelajaran yang mereka ajarkan, dan pada saat yang sama meningkatkan keterampilan mengajar mereka. Proyek ini juga merupakan upaya meningkatkan sistem akreditasi bagi program pendidikan guru.

Proyek ini akan bekerja dalam beberapa cara, yaitu melalui pendidikan guru berbasis perguruan tinggi, melalui program pengembangan guru tingkat lokal, dan melalui penemuan cara untuk meningkatkan sistem insentif dan pertanggungjawaban guru. BERMUTU akan dijalankan secara langsung di perguruan-perguruan tinggi terpilih yang memiliki program pelatihan guru, dengan menyediakan hibah berbasis kompetitif untuk mendorong mereka dalam meningkatkan status akreditasi dan meningkatkan program penjangkauan mereka untuk guru latihan di wilayah pedesaan dan terpencil, terutama melalui metode berbasis Teknologi Informasi. Proyek ini akan bekerja bersama kelompok guru, kepala sekolah dan pengawas di 16 provinsi dan 75 kabupaten/kota, dengan menyediakan peluang bagi para guru di wilayah pedesaan dan terpencil untuk meningkatkan keterampilan mereka melalui pembelajaran jarak jauh.

Disusun Kriteria Kinerja Guru

Jakarta, Kamis (22 Januari 2009) -- Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) Depdiknas akan menyusun kriteria kinerja guru. Dirjen PMPTK Baedowi mengatakan, kriteria kinerja ini akan dijadikan indikator untuk melakukan pembayaran tunjangan profesi guru. Selain itu, dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan profesional guru bagi yang telah mendapatkan sertifikat profesi.
Baedhowi mengatakan, penerbitan sertifikat profesi bagi guru adalah untuk keprofesiannya, tetapi pembayaran tunjangan profesi adalah berdasarkan atas kinerjanya. Salah satu syaratnya, kata dia, sesuai Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 tentang Guru, yakni memenuhi beban kerja guru paling sedikit 24 jam tatap muka dalam satu minggu. "Jadi kinerjanya itu walaupun memenuhi 24 jam tatap muka, tetapi harus dilihat indikator kinerja yang sekarang sedang dikerjakan," katanya usai mengikuti acara penandatanganan MoU bidang pendidikan antara Indonesia dengan Turki di Depdiknas, Jakarta, Kamis (22/1/2009).
Baedhowi menyebutkan, jumlah kumulasi guru yang telah disertifikasi pada 2007 dan 2008 adalah sekitar 360.000 orang. Mulai Januari 2009, kata dia, sudah dipersiapkan pembayaran tunjangan profesinya. Sementara, target guru yang disertifikasi pada 2009 adalah sebanyak 200.000 orang dan pembayaran tunjangan profesinya akan dimulai pada 2010. "Pembayaran ditujukan terutama bagi peserta yang sudah lulus lama, sedangkan yang baru lulus diminta melengkapi berkas untuk diterbitkan SK tunjangan profesi pendidik," katanya.
Baedhowi menegaskan, tidak ada perubahan dalam sistem sertifikasi guru, tetapi perubahan pada pekerjaan kepengawasan terutama bagi pengawas dalam jabatan. Menurut dia, untuk menjaga agar pengawas bekerja secara profesional diperlukan pengawas yang betul - betul memahami proses pembelajaran. "Kalau pengawas tidak menguasai proses pembelajaran kan sulit. Oleh karena itu, dicari mereka yang punya pengalaman sebagai guru atau kepala sekolah," katanya

Siswa SMA Rakit Prototype Mobil SUV

Kota Malang, Senin (26 Januari 2009) -- Siswa - siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) tidak hanya mampu memperbaiki dan melakukan perawatan kendaraan roda dua maupun empat. Dengan bimbingan para pakar mobil di Indonesia, siswa SMK mampu merakit prototype mobil jenis SUV (sport utility vehicle). Mulai dari pembuatan mesin sampai dengan tahap perakitan semuanya dikerjakan siswa SMK.

Direktur Pembinaan SMK Depdiknas Joko Sutrisno mengatakan, prototype mobil ini dirakit di pabrik pembelajaran atau teaching factory di SMK. Siswa SMK, kata dia, sudah diajari bagaimana membuat alat dan dibekali dengan prosedur kerja yang jelas. "Mereka mengaplikasikan apa yang sudah diajarkan itu ke pabrik pembelajaran," katanya usai mendampingi Mendiknas Bambang Sudibyo meninjau pabrik pembelajaran di SMK N 10 Kota Malang, Jawa Timur, Senin (26/1/2009).

Joko mengatakan, prototype mobil yang diberi nama Esemka SUV ini berkapasitas mesin 1.500 cc. DIrencanakan, prototype mobil ini akan dipamerkan di Kemayoran, Jakarta pada Mei 2009. Harga jualnya dibanderol Rp.80 jutaan. Dalam perakitan prototype mobil ini SMK menggandeng PT Nasional Motor Malang.

Selain membuat prototype mobil, kata Joko, bermitra dengan PT. Kanzen para siswa SMK juga merakit kendaraan roda. Dia menyebutkan, dengan sistem getok tular, sebanyak 20 sepeda motor yang sedang dirakit sudah dipesan pembeli. Harga jualnya dibanderol Rp.7 juta. Keuntungan yang diperoleh mencapai Rp.400 rb sampai dengan Rp.500 rb. "Keuntungan tidak hanya pada cash, tapi dengan siswa melakukan pekerjaan riil. Artinya mereka belajar sesuatu yang nyata. Itu suatu keuntungan tidak langsung yang bisa dinikmati selain dengan cash," katanya.***

Pemerintah Bantu SMA Jadi SMK

"JAKARTA--MI: Pemerintah akan memberikan bantuan pengadaan peralatan bagi sekolah-sekolah SMA swasta yang terpaksa gulung tikar, jika mengubah statusnya menjadi sekolah-sekolah SMK."
"Bantuan pengadaan peralatan itu, nantinya akan disesuaikan dengan potensi daerah, serta tergantung dengan volume bantuan dan anggaran yang dikucurkan pemerintah pusat ke pemerintah daerah."
"Jika potensinya daerah manufaktur, maka SMA swasta itu bisa menjadi SMK yang berbasis manufaktur. Jika potensinya pariwisata, maka SMK Pariwisata, agar perubahan status itu, tidak sia-sia, ujar Direktur Pembinaan SMK Depdiknas Joko Sutrisno kepada Media Indonesia, Jumat (11/7)."
Sebelum tahun 1994 memang kurikulum SMU adalah lebih seperti SMK, banyak keterampilan. Mengapa membuat kurikulum 1994 yang merugikan 70% siswa-siswi SMU/SMA yang tidak lanjut ke perguruan tinggi dan harus mencari pekerjaan tanpa keterampilan. Untuk apa sistem ini?
Satu hal lagi adalah status nama SMK (Kejuruan) yang pada umum adalah sekolah khusus untuk calon tukang
padahal cukup banyak lulusan dari SMK melanjut atau ingin melanjut ke perguruan tinggi juga dan "belum pernah ada sebuah tesis yang dapat dipakai sebagai rujukan yang valid, bahwa lulusan SMK mempunyai tingkat pemikiran yang lebih rendah". Kita harus memudahkan cara untuk lulusan SMK yang ingin masuk ke perguruan tinggi.